Selasa, 02 September 2008

Kepada Jiwa yang Lembut

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Ba’da tahmid wa shalawat
Letih…lelah…jiwamu melangkah. Terngiang akan tikaman belati yang belum jua terobati. Air mata dalam sunyi yang menenggelamkan diri, merindui damai kembali. Apa daya ku tuk menyeka air matamu, jika hampa kata masih membara. Kau seakan menoreh kisah dengan tinta darah di tiap lembar sejarah. Begitu lekat dalam benakku. Kau sering mengadu bahwa kan hapus semua itu. Namun…ingatanmu…sungguh membuatku jemu. Semestinya kupahami dirimu yang sakit tak terperi. Tahun demi tahun yang kau lewati sering kali mengukir tragedi. Tapi ku tak ingin dirimu terhanyut dalam arus kehancuran.
Redup dan merekah rona parasmu, memunculkan tanya di dalam kalbuku. Sepertinya… ada yang tiada. Bukan terbang menghilang, bukan pula bersembunyi di balik ilalang. Entahlah ku tak mengerti. Terkadang lidahmu serasa kelu untuk berbagi denganku. Tak apalah…Ku tetap dapat mendengarnya meski hampa suara. Itulah mengapa dirimu dan diriku selalu menyatu.
Sering kulihat kau di sela gegap gempita, bercerita pada persada tentang desir bisikan jiwamu mengalun sendu menyayat kalbu. Namun jangkrik-jangkrik itu, rembulan itu, dan batu-batu itu…sungguh sibuk dan sibuk. Mereka sibuk mengingat-Nya tanpa henti, tanpa peduli kau di sini. Sedangkan kau…Kau sibuk pada masa lalumu. Kau masih saja berkaca pada fatamorgana. Padahal semua fana tanpa makna.
Kini bebaskan semua yang mengikatmu dengan erat dalam pekat agar langkahmu tak lagi berat. Tak usah pedulikan lambaian di ujung kegelapan. Biarkanlah cahaya-Nya menembus jendela jiwa, memenuhinya hingga sudut sukma. Berikanlah selalu senyum manismu, wahai Saudariku…!
Nuun walqalami wamaa yasturuun

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Bantul, 2 September 2008
Dari Diriku Sendiri
Lathifah Al Hakimi

Tidak ada komentar: