Meniti….
Menuai dawai bayang sunyi
Menoreh….
Mungkinkah kan membuih meleleh
Dalam hitam kelam terbenam malam
Nada membuka masa
Petik lirik memekik terik bisik
Keharibaan permadani cakrawala senja
Yang gaungnya kembali terbang
Tiap partikel yang terhempas
Menyerpih pahatan kidung lalu
Pada luka yang menganga
Tiada kata terbaca
Kala bahana hijab di pelupuk mata
Hingga….
Dimensi jiwa mengikis sangka
Meski tanya terus bicara
Maaf….
Bila tinta perak berkilauan
Tak mampu memoles khilaf
Maaf….
Jika azzam menyelimuti kalaf
Yang hambar tersamar
Terumbu kalbu
Terbungkus kepompong salju beku
Kini terlukis pada simponi yang terintonasi
“Ku mungerti tirai jalan ini”
Asa menatap menyapa Istana Arsy
Menjadi rumbai mozaik
Seribu dalam satu mahabbah, satu shababah
Di balik bukit ibrah
Dengan kerindangan muhasabah
Jum’at, 13 Oktober 2006
Pukul 21.53 WIB
Karya : Lathifah Al Hakimi
Senin, 08 September 2008
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
1 komentar:
Emm..., puisi yang bagus. BeTeWe, Jadi inget Jogja
Posting Komentar